HOLISTIK PLAUDIS
Karya Dadlan, Harri Gita, Ismed Sajo, Nofrizaldi
Pembukaan: Sabtu, 23 Juli 2011, Pukul 19.30 WIB.
Berawal dari anggapan bahwa ketika seorang seniman sudah berada di lingkaran ekspresi maka dirinya harus muncul dengan kekhasan tersendiri. Mampu menonjol dengan kesan yang cepat ditebak siapa senimannya berdasarkan kebiasaan yang muncul pada setiap tampilan visual dari karya mereka. Tatanan tersebut sudah berakar sejak lama dan hingga saat ini terus berkembang secara sporadik. Tidak jarang pula beberapa dari mereka terkesan monoton dalam hal kekaryaan. Sekarang, kebiasaan (anggapan) tersebut mulai dipertanyakan kekuatannya sebab secara tidak langsung seiring perjalanan waktu maka perubahan makna pun tidak bisa dihindari.
Kedangkalan pemahaman terhadap kekhasan itu, menjadikan seniman terkerangkeng dan tidak berkembang, dan ironisnya mereka merasa nikmat berada di dalam sana. Euforia semacam itu tidak lagi diagungkan oleh satu kekhususan image yang khas seperti Affandi dengan ekpresionisnya kemudian Van Gogh yang identik dengan impresionisnya, melainkan kegirangan menyeluruh (holistik) akan kekayaan fantasi-ide-imajinasi yang menjelma secara tidak terbatas. Hal ini kemudian dinilai sebagai keberhasilan dan mendapat tepuk tangan dan sorak sorai (plaudis). Artinya, saat ini seniman dituntut untuk menghasilkan karya yang tidak hanya berdasarkan kebiasaan, tetapi mulai mendalami jalan ekspresi baru sebagai bentuk kekayaan ekspertise (keahlian) mereka.
Berdasarkan ulasan singkat di atas, maka digaraplah pameran ini dengan judul Holistik Plaudis. Suatu bentuk tepuk sorak menyeluruh ketika seniman berkarya tidak terkesan monoton, tetapi bervariasi, inter disiplin dan keluar dari kekhasan mereka sehingga menemukan nilai-nilai baru dengan roh yang baru pula. Mengikuti selera artistik yang terbuka dan tanpa batas-batas yang membuhul mati. (Dio Pamola C/ Studi Magister Seni ISI Yogyakarta).
Sumber : Bentara Budaya Yogyakarta