Sabtu, 18 Januari 2014

"LUKA" Banny Jayanata

"LUKA" Banny Jayanata Luka adalah representasi dari berbagai impresi yang saya rasakan berhubungan dengan kejahatan. Berbagai macam kejahatan terjadi. Kejahatan ada di sana atau di sini, kejahatan eksis nyaris di semua tempat pada setiap waktu. Di saat kita sedang asyik menikmati secangkir kopi di sore hari yang cerah, sebuah kejahatan terjadi entah di mana. Kita tidak mengetahui dan memang tidak perlu tahu. Keeseokan harinya kita menemukan di surat kabar sebuah berita kejahatan terjadi tepat di saat kita sedang menikmati secangkir kopi. Tidak ada yang luar biasa, karena memang begitulah adanya. Kejahatan selalu ada atau eksis tidak perduli kita setuju atau tidak setuju. Tetapi pengetahuan dan kesadaran itu, bahwa kejahatan eksis, mau tidak mau mempengaruhi cara kita memandang kehidupan. Bagaimana jika sebuah kejahatan terjadi pada diri kita atau orang-orang yang kita sayangi? Pada titik ini kejahatan menjadi sesuatu yang serius. Kita tidak mungkin bisa mengabaikannya begitu saja.

Orang lebih senang untuk tidak mengetahui bahwa sebuah kejahatan ada dan terus terjadi. Mereka menghindari membaca koran, menghindar untuk mengetahui bahwa hidup ini sebenarnya dilumuri oleh banyak penderitaan dan tangisan dari orang-orang yang menderita karena kejahatan-kejahatan yang dilakukan sesamanya. Dan kejahatan termanifestasikan ke dalam berbagai bentuk. Kejahatan tidak sekedar melakukan sebuah tindak kejahatan secara sadar dengan tangan sendiri. Kejahatan juga dilakukan dengan cara mengabaikan bahwa di sekliling kita berbagai macam orang menderita karena kejahatan seperti keserakahan, kerakusan, dan kehidupan yang terlalu mementingkan diri sendiri. Namun, sekalipun mengetahui bahwa kejahatan ada dan terus terjadi, tetapi tidak semua orang dapat melakukan sesuatu untuk menghentikannya. Lebih sering orang-orang menjauh dari bersentuhan dengan kejahatan.

Ketika saya mengambil tema kejahatan saya kira telah mengambil sebuah tema yang baik untuk dikerjakan. Tetapi setelah dikerjakan, saya merasa bahwa apa yang saya lakukan hampir tidak ada hubungannya dengan semua yang saya tahu tentang kejahatan. Bagi orang-orang yang pernah merasakan kejahatan secara langsung, mereka mungkin tidak akan menemukan apa-apa di dalam gambar-gambar yang saya buat. Pada akhirnya, saya tidak memikirkan lagi apa yang dapat dilakukan oleh gambar-gambar ini. Saya meminjam kejahatan sebagai medium berekspresi. Saya tahu dan mengenal suasana dan nuansa dari kejahatan dari berbagai macam bacaan dan cerita orang, dari film-film. Saya belum merasakan sendiri bagaimana sebuah kejahatan yang sesungguhnya. Tapi saya juga tidak berharap merasakannya! Sudah cukup saya merasakan luka-luka itu dari jarak tertentu tanpa harus mengalaminya sendiri. Dan gambar-gambar dan lukisan ini adalah ekspresi dari luka-luka yang saya rasakan dari jarak tertentu itu.

Pada akhirnya, apa yang saya lakukan adalah menampilkan kembali impresi-impresi yang saya rasakan berhubungan dengan peristiwa-peristiwa kejahatan tersebut, dan sekali lagi, itu semua adalah impresi atau kesan yang saya rasakan. Karena itu, jika saya mempunyai lebih banyak lagi pengalaman yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa kejahatan, termasuk pengalaman yang lebih dekat atau langsung, saya mungkin akan membuat gambar-gambar yang berbeda. Pasti akan sangat berbeda! Selain itu, ada persoalan teknik. Namun, di samping semua kekurangan yang ada pada saya dan karya-karya saya, akhirnya saya hanya bisa mengharapkan apresiasi dari Anda sekali. 

"LUKA"
Banny Jayanata
di Independent Art-Space & Management (I AM)
Jl. Nagan Lor 25, Yogyakarta, Indonesia 55133
Tanggal 14 - 20 Januari 2014

Sumber: I AM